A Rahmat
Mas
Rahman
Bang
Rahman
-Halo..
-Halo, Dek
-(Dek??) Ini siapa, yaa..
-Ini aku, Rahman..
-Owhh..
-A Rahman.. Kenapa, A..??
-Hmm..ya nggak kenapa-napa..
-Lagi dimana sekarang?
-Di rumah,
-Di rumah mana?
-Serang. Nggak jualan, yaaa..
-Apa??
-Nggak jualan, yaaa..
-Apa, Dek??
-(Tinngg..!! astagaaa..ini kan
bukan a Rahmat si tukang Siomay..!!) Ehmm..nggak, kok..
Apaan, Dek?
-Eeeng..enggak, Kok..
-Kapan balik ke Malangnya?
-Hmm..ya, masih lama.. Habis
lebaran deh kayaknya..
-Masih lama banget, yaa..
-Kenapa emang? Tumben nelpon?
-Yaa..kangen aja ma adek
-(Hehh?? Adehh..) Ehmm..gitu,
yaa..
Eitssss..!!
Tungguuu..tungguuuu..
(tepuk
jidat) Plokkk..!! (Haduuuuuhhhh ini kan Mas Rahman, si cowok Madura tetangga
belakang kost!) Hmm..salah kaaaann..Tapi?? Tadii aku sebut dia A Rahman!! Bego
banget sihhhh..!!
Klikkk..!!
(Putus telpon)
oOo
Haduuuuhh..sebenarnya
nama kalian cuma beda satu huruf saja di akhirnya, tapi justru itu yang bikin
aku kelimpengan alias bingung!!!
Yang
pertama, A Rahmat itu sebenanya gampang saja membedakannya dari yang lain.
Logat bicaranya sunda, selain itu biasanya kalau manggil aku ‘neng’. Dia sih
jarang sampai telpon ke aku, sms saja jarang apalagi untuk telpon. Jadi
yaaa..seperlunya aja sih biasanya.
Yang
kedua dan ketiga, Rahman. Bedanya di sapaannya. Kalau yang dari Madura
kenalanku di kampus, itu biasanya aku panggil Mas Rahman. Tingginya nggak jauh
beda dari aku, atau mungkin bahkan aku yang lebih tinggi dari dia (Oh My
God!!).
Nggak
banyak yang aku tahu tentang dia, aku jarang sih respon sms atau telpon dia
biasanya. Yang aku tahu dia itu mahasiswa Biologi semester akhir, September
tahun ini dia bakal di wisuda, asal Madura, punya kakak perempuan yang sudah
berkeluarga di daerah Sawojajar-Malang, kost di belakang kostku tepatnya lagi
di mana sih nggak tahu aku, dan terakhir dia itu cowok yang selalu berusaha
ngajakin aku ngopi setiap malam.
Di Malang
memang enak kalau lagi nongkrong malem ditemenin sama minuman panas seperti
kopi, susu, atau bahkan STMJ (Susu-telur-madu-jahe) tinggal pilih mau minum yang
mana. Tapi maaf..aku sama sekali nggak tertarik dengan ajakannya selama ini.
Aku selalu beralasan, ada tugas Mas, lagi di rumah saudara Mas, udah malem Mas,
tau apalah yang inti sebenarnya aku memang nggak mau. Maklum lahhh..dia itu
kenalanku dari si Tante, ibu kostu di Malang yang bilang katanya ada yang suka
sama aku (Ihiiiiirrr,,tumben..).
Tapi kalau yang satu laginya ini sih
sebenarnya sudah jarang atau bahkan bisa dibilang nggak pernah lagi ada kontak.
Biasa aku panggil Bang Rahman. Dia kakak angkatku di pondok yang asalnya dari
Jakarta. Doi tuh berbadan besar, tinggi, muka killer, narsis abis, tapi masalah
hati aduhaaaaaiii..perhatian sangaaaaat..!! Dan artis idolanya itu lhoooo..yang
nggak aku sangka, Marshanda!! Iya, Marshanda yang biasa disapa Cha-cha itu
ternyata idola tunggal dari seorang Bang Rahman. Bahkan karena si Abang
narsisku itu nggak sampai bisa ngedapetin hati seorang Cha-cha, dia berniat
kelak anak perempuannya harus-wajib-kudu’-mesti dikasih nama Marshanda!!
Weewww..
Kembali
ke Rahman versus Rahmat. Sebenarnya dengan hilangnya satu Rahman yaitu abangku
Bang Rahman dalam daftar nama kembar siam itu, seharusnya sudah sangat
membantuku untuk hanya mengingat dan membedakan dua orang saja. Yaitu antara A
Rahmat dan Mas Rahman. Tapi tetap saaaajjaaaa..aku masih sering lupa membedakan
mereka berdua.
oOo
Jadi
kembali ke telpon yang dengan sadis aku putus begitu saja. Sebenarnya kasian, tapi
aku juga sudah terlanjur malu salah anggap dia A Rahmat padahal sebenarnya Mas
Rahman. Nggak lagi-lagi deh lain kaliiii..