Selama di RSUD Serang Bulan Juni |
Ada pesan di kun Fbku. Isinyaa..
De..
Kok belum
sms Aa sih?
Aa Cuma mu
ktemu aja
Aa nggak
akan berharap lebih kok
Aa tau
kita udah punya jalan masing-masing
oOo
Maaf
sebelumnya, bukan maksud jahat nolak ajakan buat kita ketemuan. Tapi jujur,
rasanya udah males aja buat nostalgilaan.
Aku dah cukup pusing sama urusan cowok. Aku ngerasa bosen sama hal yang satu
itu. Jadi kalaupun dibilang ‘nggak akan berharap lebih’, tapi jalan pikiranku
udah ogah deh buat kearah sana!
Tugasku sekarang cukup buat rawat and perhatiin dia. Dia yang lebih membutuhkan aku. Karena tenyata cuma dia yang mau memaafkan kesalahan terbesarku saat aku sempat berpaling darinya, dan ternyata hanya dia yang berusaha terus ingin mempertahankan aku dan hubungan kita berdua, dia yang serius ingin menjalani ini semua. Karena sudah banyak kesalahan yang aku lakukan selama ini, sekarang aku ingin menebus semua itu.
Karenanya jangankan untuk pergi berlibur, kepikiran untuk itu saja aku sudah tak ingin. Sepertinya tak pantas saja jika aku harus bersenang-senang diatas penderitaannya saat ini. Apa pantas aku makan enak, sedangkan dia disana belum tentu sudah makan atau belum? Apa tega aku pergi bersenang-senang tertawa senang, sedangkan dia disana hanya bisa terbaring mengharap kedaanganku?
Rasanya ingin menangis saja jika aku harus ceritakan ini semua. Harus ceritakan bagaimana kondisinya saat ini kepada setiap orang yang ingin mengetahui keadaannya. Jangankan untuk bercerita dengan orang lain, mengingatnya sendiri pun aku sering membuat mataku sendiri sembab.
Terakhir aku jenguk kamu |
Bukan maksud ingin berAlay-alay ria, tapi memang sekarang ini aku terus teringat kamu. Terlebih pada saat makan. Ceritamu saat terakhir kali aku menjengukmu, mungkin orang lain tak akan percaya terbukti dengan salah seorang teman baikku yang sudah mendengarkan ceritaku. Jangankan orang lain, aku saja sedikit tak percaya dengan itu. Apa benar setega itu orang tuamu sampai memberimu makan dengan lauk yang sudah basi?
“Loe
kemaren nggak tau kan, gue dikasih makan sama ibu ayam bau!”
“Bau? Basi maksudnya?”
“Iya, ayam basi! Percaya nggak loe? Orang tua gue sampe segitu teganya sama gue!”
“Yakin ayam basi?”
“Tuh khan, loe aja nggak percaya ama gue”
“Ya bukan nggak percaya ama loe, nggak percaya aja kalau emang bener sampe segitunya”
Aku
sering takut kamu hanya salah tnggap setiap kali kamu menceritakan penyiksaan
yang kamu alami di rumahmu sendiri dan terlebih oleh orang tuamu. Seperti
ceritamu tentang perlakan keras yang kau sering dapatkan dari ibumu.
“Kemaren dada gue di injek sama ibu!”
“Diinjek?”
“Iya, diinjek!”
“Kok gitu?”
“Nggak tau!”
“Ayah yakin?”
“Tuh, kan! Loe selalu nggak percaya sama cerita gue”
“Ya bukannya gituuu..”
“Udahlahh..!!”
“Iya, maaf.. Percaya kok! Coba ayah ceritain kok bisa sampe begitu..”
Maaf..bukannya
aku tak ingin percaya dengan semua omonganmu. Aku hanya ingin pastikan apakah
itu benar atau tidak. Aku takut itu hanya khayalanmu. Kamu sering cerita hal
yang aneh-aneh yang sering aku anggep sebagai hal yang tidakmungkin terjadi,
karena itu aku takut khayalanmu yang terus mengganggumu bukannya tak
mempercayaimu.
Yaa..karena semua hal itulah membuat aku terus kepikiran dengan keadaanmu. Bukan maksud mau dangdutan ‘Mau makan teringat padamuuu..mau minum teringat padamuu..’ mau apa lagi dah aku nggak hapal! Ya tapi itu sih terserah yang baca aja,mau dibawa kemana.
oOo
Jadi
untuk menerima tawaranmu untuk kita ketemuan, sepertinya tidak. Aku ingin
istirahat sejenak. Istirahat mengurusi urusan lain, terlebih untuk hal yang
selalu berhubungan dengan hati dan perasaan. Aku cukup muak yang hanya selalu
mendapat belas kasihan, tapi bukan sebuah rasa sayang yang tulus. Aku Muak
dengan kepura-puraan. Aku muak terus mendapat balasan yang menyakitkan saat
berurusan dengan itu semua.