Sudah hampir tiga bulan
sejak kecelakaan bulan Mei lalu yang mengakibatkan luka serius yang kau alami
sampai saat ini. Aku tak ingin kau menyerah. Aku yakin kau bisa mengalahkan ini
semua.
Seminggu
lebih aku tak bisa datang menjengukmu. Bukan tak ingin sebenarnya, tapi aku
terus terhalngi oleh Rabu-Kamis yang mengharuskanku untuk kontrol ke klinik,
selain itu motor yang masih selalu digunakan ayah untuk bekerja karena mobil
yang belum selesai perbaikan dan terakhir bulan puasa. Puasa yang baru beberapa
hari aku jalani, aku merasa tak yakin saja bisa pergi kerumahmu aku takut, di
tengah perjalanan aku jatuh pingsan di angkutan umum. Namun dengn seminggu itu,
aku senang melihat perubahan yang ada.
Walaupun
sedikit, namun kau mampu menggerakkan kembali tangan kananmu yang sebelumnya
tak bisa kau gerakkan. Sebelumnya juga aku sempat senang dengan perubahan yang
sama di tangan kirimu. Tapi aku masih sangat sedih melihat kondisi tubuhmu yang
semakin kurus. Jangankan tulang pipi, tulang rusuk, tangan bahkan kakimu pun
sangat jelas terlihat seperti hanya tulang yang terbungkus kulit.
Walaupun
begitu, aku sangat bersyukur karena kau tak sampai hilang ingatan. Dalam
keadaanmu yang seperti itu kau bahkan seperti tak peduuli dengan aku yang sudah
tega mengkhianatimu. Satu orang yang terus kau nanti hanyalah aku, kalau pun
ada selain aku itu mungkin Fathur anakmu. Aku mengerti, karena selama ini kau
sering mengatakan bahwa yang paling kau harapkan dan kau inginkan hanyalah aku
dan Fathur, meskipun dia anakmu yang bukan anakku.
Aku
terus berharap atas kesembuhanmu yang akan segera kembali memulihkan senyummu.
Aku takongin teru melihat dan mendengar keluhanmu karena itu hanya akan
membuatku sedih dan tak tega. Cepatlah sembuh