Menunggu, memang menjadi sebuah hal yang lebih seringnya menjenuhkan. Seperti saat ini, walaupun tidak banyak berharap tapi ingin sekali rasanya mengetahui sekedar dengan kabarnya yang ada saat ini.
Dari banyaknya sosial media, Facebook memang merupakan sosial media yang semakin banyak digunakan. Dan terkadang dari sanalah banyak terdapat manfaat positif jika digunakan juga dengan sehat. karena itu, saat ini aku mencoba untuk kembali menemukannya melalui media tersebut.
Tidak sulit sebenarnya, kita cukup menuliskan nama yang dimaksud pada kolom search. Namun itu pun jika kita beruntung. Banyak dari para pengguna akun biasanya tidak menuliskan nama asli mereka. Lebih bagus jika yang digunakan itu adalah nama panggilan, tapi lain cerita lagi jika sudah dengan nama yang neko-neko dan aneh.
Seperti aku yang coba menuliskan nama panggilannya karena memang aku lupa dengan nama aslinya. Nama yang sering ia gunakan untuk mengudara menyapa para pendengar setianya, Odie. Cukup sulit, atau bahkan aku memang tak dapat menemukanmu. Namun ada satu akun dengan nama yang sama yang menampakkan foto profil mirip dengannya. Di foto tersebut seorang laki-laki tengah memainkan sebuah alat musik keyboard.
Tak ragu, akupun menulis sebuah pesan untuk si pemilik akun tersebut. Entah benar ia atau bukan aku tak tahu. Pesan yang aku kirim belum mendapat respon dan jawaban yang aku tunggu. Bahkan sampai saat ini.
Dari alis, mata, hidung, dagu, benar-benar mirip dengannya. Tak heran memang dengan alat musik yang tengah dimainkan, karena ia aku kenal memang sebagai seorang yang menggeliti dunia musik. Selain sebagai seorang penyiar radio komunitas, ia sering diminta untuk menjadi seorang pembawa acara dari panggung ke panggung pada acara-acara tertentu. Aku masih ingat, saat pertama kali dia mengajakku untuk jalan. Saat itu seharusnya ia membawakan sebuah acara cukup besar di alun-alun kota, tapi karena ia merasa sudah berjanji denganku ia justru meminta temannya untuk menggantikannya.
Itu adalah sebuah rangkaian acara ramadhan dimana yang menjadi penyanyi pengisi adalah grup band Radja dan Bondan. Aku sebelumnya tak tahu kalau memang seharusnya ia yang membawakan acara tersebut. Di tengah perjalanan saja ia baru mengatakannya. Anehnya malam itu memang kita ingin melihat acara musik tersebut, kenapa tidak ia jalankan saja pekerjaannya toh aku juga masih bisa melihatnya. Tapi setelah aku tanyakan hal itu, jawabannya justru membuatku besar kepala.
"Kalau aku ngisi acara, kamu sama siapa?"
"Aku kan bisa nonton sendiri di depan, kamu ngemci ya ngemci aja.."
"Di sana itu pasti rame, artis besar yang dateng bukan artis lokal!"
"Iya, tapi sebelumnya juga aku pernah kok nonton konser begitu"
"Tetep aku nggak mau!"
"Kenapa, sihhh.."
"Kamu mikir donk, emang aku tega ngemci tapi ninggalin cewek aku sendirian di konser rame begitu..??"
"Atau aku bisa nonton di belakang panggung sama kamu, nggak apa.."
"Udahhh..aku udah minta Al buat gantiin aku. Sekarang kita nonton konser itu bareng-bareng aja kan lebih enak, kamu nggak bakal ada yang gangguin nanti.."
Memang benar, ditempat ramai seperti itu sendirian sebagai seorang cewek itu bahaya. Buktinya aku yang waktu itu udah ditemenin cowok aja masih ada yang ngisengin. Udah gitu rame banget lagi, kesnggol sana..kesenggol sini..kaki keinjek, badan kejepit salah-salah kalau kita nggak kuat bisa jatuh pingsan. Tapi sekali lagi, bener kata dia dan untung dia mau temenin aku.
Itu terakhir kali aku bisa lihat konser musik. Untuk sekarang bahkan sama sekali tak ada yang bisa diajak untuk nonton bareng. Karena kejadian itulah, sampai sekarang aku masih ingat baiknya dia. Walaupun sebenarnya bisa saja dia jahat ke aku, secara usia kita yang lumayan jauh.
Aku yang dulu masih duduk di kelas dua SMP, sedangkan dia sudah tiga tahun lulus SMA saat itu. Dengan perbedaan umur yang dapat dikatakan aku yang masih polos saat itu bisa saja aku dibodohinya, tapi itu tidak ia lakukan. Ia benar-benar menganggapku. Ia juga sangat menghormati aku sebagai perempuan. Ia sangat mengerti bagaimana memperlakukan perempuan dengan lembut.
Aku sempat saat itu menanyakan mengapa ia begitu baik denganku, mengapa ia sangat menganggapku walaupun kita kenal belum lama. Ia menjawab bahwasannya ia saat itu hanya hidup dengan seorang ibu yang sudah tua di kampungnya di Brebes. Ia katakan bahwasannya ia tak pernah sampai ingin membuat seorang perempuan menangis, karena ia mengerti betul bagaimana seorang perempuan begitu pun dengan ibunya yang sama sekali tak ingin ia likai perasaannya.
Benar-benar seorang yang penyayang yang mengerti perasaan perempuan. Sayang saat ini aku sudah kehilangan kontak dengannya. Seorang teman dekatku sempat juga satu angkutan dengannya dan ia bilang bahwasannya saat itu ia dengan seorang perempuan. Dan kabar yang tak kalah mengejutkan sempat terdengar tiga tahun yang lalu bahwasanya ia sudah menikah. Namun tak lama ia sempat menghubungiku dan saat aku tanyakan tentang hal itu, ia menyalahkan kabar burung itu. Ia katakan bahwasanya sama sekali tak sampai pernah ia menikahi seorang perempuan.
Terakhir kali aku melihatnya, seusai konser di pondokku. Secara tak sengaja dan benar-benar tak di duga aku bisa bertemu dengannya di tempat itu. Sayang saat itu aku tak bisa menghampirinya. Mungkin lain waktu akan aku tulis bagaimana pertemuan singkatku dengannya saat itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar